Sabtu, 24 September 2011

Karakteristik Anak berbakat / gifted children

Anak gifted pada mulanya sebagai anak yang memiliki skor IQ yang tinggi dan mempunyai prestasi sekolah yang baik. Namun, belakangan permasalahn tersebut menjadi lebih kompleks dengan munculnya hasil-hasil penelitian yang menemukan adanya anak berkemampuan tingi, tetapi juga memiliki kesulitan dalam belajar.

Secara umum, seorang anak gifted yang sekaligus memiliki ketidak mampuan belajar ditandai dengan kelebihan luar biasa pada beberapa aspek dan ketidakmampuan pada aspek yang lain. Anak gifted yang sekaligus mengalami kesulitan belajar ini secara garis besar dikelompokkan menjadi tiga kategori.



Pertama, anak berbakat memiliki beberapa kesulitan dalam belajar di sekolah dan sering dikatakan sebagai anak yang “underachiever”. Kelompok anak yang semacam ini mudah teridentifikasi sebagai anak gifted atau berbakat karena memiliki skor IQ yang tinggi, tetapi dalam perkembangan selanjutnya terjadi kesenjangan yang besar antara kemampuan atau IQ yang dimiliki dengan prestasi yang dicapai. Anak pada kelompok ini mungkin akan mengejutkan dengan kemampuan verbal yang sangat bagus, sementara ia mengalami kesulitan besar pada kemampuan menulis, apalagi kalau didikte. Kadangkala anak kelompok ini amat pelupa, ceroboh, dan pola pikir srta tingkah lakunya tak terorganisir dengan baik, sehingga pada sekolah lanjutan pertama yang tuntutannya sudah semakin tinggi menjadi mengalami kesulitan untuk berprestasi. Mereka dapat mengatasi kesullitan dengan usaha keras, namun kenyataannyabanyak dari mereka tidak tahu cara untuk mengatasinya, karena terlanjur dikategorikan sebagai anak berkemampuan tinggi.



Kedua, anak-anak yang teridentifikasi dan diketahui berkesulitan dalam belajar, tetapi tidak pernah teridentifikasi sebagai anak gifted. Ketidaktepatan pengkuran atau tertekannya skor IQ sering menyebabkan dugaan yang keliru terhadap kemampuan intelektualnya. Jika bakat yang luar biasa tidak diketahui, maka kelebihan-kelebihannya tidak pernah menjadi fokus dalam pendidikannya sehingga tidak pernah teraktualisasikan.

Ketiga, anak yang tidak teridentifikasi sebagai anak berbakat maupun sebagai anak berkesulitan belajar. Mereka lebih nampak sebagai anak berprestasi rata-rata. Kemampuan intelegensi yang tinggi seringkali membantu kesulitan atau kelemahannya sehingga anak ini tidak teridentifikasi sebagai anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Pada anak kelompok ini, siperioritas kemampuannya menutupi kelemahannya. Sebaliknya, kelemahannya juga menutupi kelebihannya. Bakat yang dimiliki kemungkinan dapat berkembang bila terstimulasi oleh situasi kelas yang diajar oleh guru yang menggunakan metode belajar yang bervariasi, kreatif, dan menantang.


Anak gifted yang berkesulitan belajar ini adalah suatu tipikal siswa yang seringkali dikarakteristikkan sebagai anak yang cerdas, tapi bermasalah di sekolah. Mereka sering mengalami perasaaan frustasi, berperilaku agresif, bertindakceroboh, dan sering tidak mampu menyelesaikan tugas. Mereka sering membuat suasana kelas menjadi terganggu. Sementara di bidang lain, mereka mampu menampilkan diri sebagai anak berkemampuan tinggi. Misalnya mereka sangat pandai dalam berpikir abstrak, dapat mengkonseptualisasikan sesuatu dengan cepat, mampu melakukan generalisasi dengan mudah, mampu membuat inferensi dengan tepat, dan menyukai tantangan untuk menyelesaikan suatu problem (Barton & Stanes, 1989). Biasanya hobi atau kesukaannya adalah hal-hal yang membutuhkan motivasi, tantangan, dan perlu pemikiran yang kreatif.

Anak gifted yang kesulitan belajar ini memandang dirinya sebagai anak yang tidak mampu di bidang akademik, sehingga meningkatkan motivasi untuk menolak tugas-tugas sekolah. Anak dengan keistimewaan ganda ini sering merasa malu dan memandang bahwa dirinya tidak mampu bersekolah. Inilah yang mematahkan semangat mereka. Tak jarang dari mereka meneruskan perasaan tentang kegagalan ini di sekolah, sementara mereka dirumah mampu belajar dan berkarya. Merek sering memiliki konsep diri yang negatif dan merasa bahwa sesungguhnya dirinya tidak sama dengan teman sebayanya.