Selasa, 09 Juni 2009

PENANGANAN ANAK HIPERAKTIF


Menjadi orangtua yang memiliki anak hiperaktif pasti merupakan salah satu tugas yang sangat sulit. Berikut ini beberapa tips yang dapat Anda terapkan dalam usaha menghadapi anak hiperaktif.

 

1.      Ajarkan disiplin pada anak hiperaktif, agar ia dapat mengatur dirinya dengan baik.

2.      Jangan menghukumnya karena perilaku hiperaktif bukanlah kesalahan anak Anda.

3.      Jangan sekali-kali melabel anak hiperaktif sebagai anak nakal, malas atau bodoh, karena akhirnya ia akan bersikap seperti yang dilabelkan padanya.

4.      Keefektifan terapi berbeda-beda bagi tiap anak. Orangtua harus menentukan terapi yang terbaik bagi anak.

5.      Yang terpenting berikan kasih sayang (bukan memanjakan) pada anak hiperaktif melebihi saudara lainnya. lasannya, seberapa banyak kasih sayang yang ditumpahkan pada anak hiperaktif, tidak akan pernah bisa penuh.

6.      Dalam mengajari anak Anda yang hiperaktif, jangan bosan untuk terus menerus mengulang hal-hal yang dengan cepat dapat dipelajari dan diingat oleh anak normal.

7.      Di depan anak Anda tersebut, katakanlah pada orang lain kalau dia adalah anak yang baik, dan jangan mengomentari kesalahan- kesalahan yang pernah dilakukannya.

8.      Secara konstan/terus menerus waspadalah terhadap segala tindakannya yang mungkin dapat membahayakan dirinya atau orang lain.

9.      Perbanyak komunikasi dengan anak Anda. Jika pada anak normal kita cenderung berkomunikasi pada saat-saat tertentu, pada anak hiperaktif kita harus berkomunikasi “setiap satu menit sekali”.

10.  Salah satu hal tersulit dalam mengatasi anak hiperaktif adalah ketika sedang berada di meja makan dan kita meminta dia makan sendiri. Mungkin dia malah akan memainkan makanannya atau berlari- lari mengelilingi meja makan. Jangan marahi dia! Yang harus Anda lakukan adalah Anda harus menyuapi mereka dengan sabar.

 

Demikian bebarapa tips yang diharapkan dapat membantu Anda. Menghadapi Anda hiperaktif mungkin tidak semudah teori yang kita baca, tapi dengan kesabaran dan didasarkan rasa kasih kita kepada sang anak, kita pasti bisa melakukannya.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

 

 1. Pengertian

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

 2. Tujuan

Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

 3. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.

 b. Belajar melalui bermain

Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.

c. Lingkungan yang kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.

 d. Menggunakan pembelajaran terpadu

Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.

 e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.

 f. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar

Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.

 g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang

Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berluang .

  

 

STANDAR KOMPETENSI ANAK USIA DINI

 A. Pengertian

Standar kompetensi anak usia dini adalah standar kemampuan anak usia 0-6 tahun yang didasarkan pada perkembangan anak. Standar kompetensi ini digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum anak usia dini.

 B. Standar Kompetensi Anak Usia Dini

Standar kompetensi anak usia dini terdiri atas pengembangan aspek-aspek sebagai berikut: a. Moral dan nilai-nilai agama, b. Sosial, emosional, dan kemandirian, c. Bahasa, d. Kognitif, e. Fisik/Motorik, dan f. Seni.

 

  

PENGEMBANGAN KURIKULUM

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

 A. Pengertian

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

 B. Prinsip-prinsip Pengembangan

1. Bersifat komperhensif

Kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek perkembangan .

 2. Dikembangkan atas dasar perkembangan secara bertahap.

Kurikulum harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang tepat didasarkan pada usia dan tahapan perkembangan setiap anak. Program menyediakan berbagai sarana dan bahan untuk anak dengan berbagai kemampuan.

 3. Melibatkan orang tua

Keterlibatan orang tua sebagai pendidik utama bagi anak. Oleh karena itu peran orang tua dalam pendidikan anak usia dini sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan.

 4. Melayani kebutuhan individu anak.

Kurikulum dapat mewadahi kemampuan, kebutuhan,minat setiap anak.

 5. Merefleksikan kebutuhan dan nilai masyarakat

Kurikulum harus memperhatikan kebutuhan setiap anak sebagai anggota dari keluarga dan nilai-nilai budaya suatu masyarakat.

 6. Mengembangkan standar kompetensi anak

Kurikulum yang dikembangkan harus dapat mengembangkan kompetensi anak. Standar Kompetensi seabagi acuan dalam menyiapkan lingkungan belajar anak.

 7. Mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus

Kurikulum yang dikembangkan hendaknya memperhatikan semua anak termasuk anak-anak yang berkebutuhan khususus.

 8. Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat

Kurikulum hendaknya dapat menunjukkan bagaimana membangun sinegi dengan keluarga dan masyarakat sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai

 9.Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak

Kurikulum yang dibangun hendaknya memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan anak saat anak berada disekolah

 10.Menjabarkan prosedur pengelolaan Lembaga

Kurikulum hendaknya dapat menjabarkan dengan jelas prosedur manajemen/pengelolaan lembaga kepada masyarakat sebagai bentuk akuntabiitas.

 11. Manajemen Sumber Daya Manusia

Kurikulum hendaknya dapat menggamabarkan proses manajemen pembinaan sumber daya manusia yang terlibat di lembaga

 12.Penyediaan Sarana dan Prasarana.

Kurikulum dapat menggambarkan penyediaan srana dan prasaran yang dimiliki lembaga.

 

C. Komponen Kurikulum

a. Anak

Sasaran layanan pendidikan Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0- 6 tahun. Pengelompokan anak didasarkan pada usia sebagai berikut : (1) 0 – 1 tahun, (2) 1 – 2 tahun, (3) 2- 3 tahun, (4) 3 - 4 tahun, (5) 4- 5 tahun, dan (6) 5 - 6 tahun.

 b. Pendidik

Kompetensi Pendidik anak usia dini memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi; dan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD atau sekurang - kurangnya telah mendapat pelatihan pendidikan anak usia dini. Adapun rasio pendidik dan anak adalah (1) Usia 0 – 1 tahun rasio 1 : 3 anak, (2) Usai 1 – 3 tahun rasio 1 : 6 anak, (3) Usia 3 - 4 tahun rasio 1 : 8 anak, dan (4) Usia 4 - 6 tahun rasio 1 : 10 /12 anak

 c. Pembelajaran

Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi ( content ), dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia.

 

Materi Usia lahir sampai 3 tahun meliputi:

1). Pengenalan diri sendiri ( Perkembangan konsep diri)

2). Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi)

3). Pengenalan tentang Orang lain (Perkembangan Sosial)

4). Pengenalan berbagai gerak (perkembangan Fisik)

5). Mengembangkan komunikasi (Perkembangan bahasa)

6). Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif)

 

Materi untuk anak usia 3 – 6 tahun meliputi :

1) Keaksaraan mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran phonologi, wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku, dan teks lainnya.

2) Konsep Matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran, pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.

3) Pengetahuan Alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.

4) Pengetahuan Sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia, dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lain, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah ada ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar; di luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.

5) Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari, adalah mengekspresikan ide ke dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik, adalah mengkombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenagkan. Drama, adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat atau materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel, dll.

6) Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar. Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat teknologi yang digunakan anak-anak di rumah, di sekolah, dan pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.

7) Ketrampilan Proses mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen, pemecahan masalah; dan koneksi, pengorganisasian, komunikasi, dan informasi yang mewakili. Untuk mewadahi proses belajar bagi anak usa dini pendidik harus dapat melakukan penataan lingkungan main, menyediakan bahan–bahan main yang terpilih, membangun interaksi dengan anak dan membuat rencana kegiatan main untuk anak. Proses pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui sentra atau area main. Sentra atau area tersebut bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi dari masing-masing satuan Pendidikan. Contoh sentra atau area bermain tersebut antara lain : Sentra Balok, Sentra Bermain Peran, Sentra Seni, Sentra Musik, Sentra Persiapan, Sentra agama, dan Sentra Memasak.

 

d. Penilaian (Assesmen)

Assesmen adalah proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan perkembangan anak. Assesmen dilakukan melalui : observasi, konfrensi dengan para guru, survey, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak, dan unjuk kerja. Keseluruhan penilaian /assesmen dapat di buat dalam bentuk portofolio.

 

e. Pengelolaan Pembelajaran

1). Keterlibatan Anak

2). Layanan program

 Lembaga Pendidikan anak usia dini dilaksnanakan sesuai satuan Pendidikan masing-masing. Jumlah hari dan jam layanan :

(a) Taman Penitipan Anak (TPA) dilaksanakan 3 – 5 hari dengan jam layanan minimal 6 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144 -160 hari atau 32 – 34 minggu.

(b) Kelompok Bermain (KB) setiap hari atau minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144 hari atau 32 - 34 minggu.

(c) Satuan PAUD Sejenis (SPS) minimal satu minggu sekali dengan jam layanan minimal 2 jam. Kekurangan jam layanan pada SPS dilengkapi dengan program pengasuhan yang dilakukan orang tua sehingga jumlah layanan keseluruhan setara dengan 144 hari dalam satu tahun.

(d) Taman Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari setiap minggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam. Layanan dalam satu tahun 160 hari atau 34 minggu. Layanan pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan anak usia dini mengikuti kalender pendidikan daerah masing-masing.

f. Melibatkan Peranserta masyarakat

Pelaksanaan pendidikan anak usia dini hendaknya dapat melibatkan seluruh komponen masyarakat. Penyelenggaraan pendiikan anak usai dini dapat dilakukan oleh swasta dan pemerintah , yayasan maupun perorangan.

 

E. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini.

Kerangka dasar Kurikulum digunakan pada pendidika anak usia dini jalur formal maupun jalur non formal yaitu : Taman Kanak-Kanak/ Raudhatul Athfal, Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain, dan Satuan PAUD Sejenis.

a. Taman Kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun. Sasaran Pendidikan Taman Kanak-Kanak adalah anak usia 4 - 6 tahun, yang dibagi ke dalam dua kelompok belajar berdasarkan usia yaitu Kelompok A untuk anak usia 4 - 5 tahun dan Kelompok B untuk anak didik usia 5 - 6 tahun.

b. Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun. Sasaran KB adalah anak usia 2 - 4 tahun dan anak usia 4 - 6 tahun yang tidak dapat dilayani TK (setelah melalui pengkajian dan mendapat rekomendasi dari pihak yang berwenang).

c. Taman Penitipan Anak adalah layanan pendidikan yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat bagi anak usia lahir - 6 tahun yang orang tuanya bekerja. Peserta didik pada TPA adalah anak usia lahir - 6 tahun.

d. Satuan PAUD Sejenis (SPS) adalah layanan minimal merupakan layanan minimal yang hanya dilakukan 1-2 kali/minggu atau merupakan layanan PAUD yang diintegrasikan dengan program layanan lain. Peserta didik pada SPS adalah anak 2-4 tahun.

Jumat, 05 Juni 2009

AUTIS

Autis adalah gangguan perkembangan kompleks yang terjadi pada aspek neurobiologis otak. Gangguan itu memengaruhi proses perkembangan anak. Akibatnya, anak seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri karena dia tidak dapat secara otomatis belajar berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Gejala autis umumnya muncul sebelum anak berusia tiga tahun.

Lebih lanjut Hidayat mengatakan, minimnya perhatian publik terhadap persoalan autis dan terbatasnya jumlah lembaga penanganan dan ahli terapi bagi penyandang autis pada sisi lain menyebabkan penanganan autis menjadi ladang komersial. (cok)

Autisme diklasifikasikan sebagai ketidaknormalan perkembangan neuro yang menyebabkan interaksi sosial yang tidak normal, kemampuan komunikasi, pola kesukaan, dan pola sikap. Autisme bisa terdeteksi pada anak berumur paling sedikit 1 tahun. Autisme empat kali lebih banyak menyerang anak laki-laki dari pada anak perempuan.

Tanda - tanda Autisme

  • tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan bahasa sehari-hari
  • hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata
  • mata yang tidak jernih atau tidak bersinar
  • tidak suka atau tidak bisa atau atau tidak mau melihat mata orang lain
  • hanya suka akan mainannya sendiri (kebanyakan hanya satu mainan itu saja yang dia mainkan)
  • serasa dia punya dunianya sendiri
  • tidak suka berbicara dengan orang lain
  • tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain

Penyebab Autisme Penyebab Autisme sampai sekarang belum dapat ditemukan dengan pasti. Banyak sekali pendapat yang bertentangan antara ahli yang satu dengan yang lainnya mengenai hal ini. Ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu banyak vaksin Hepatitis B yang termasuk dalam MMR (Mumps, Measles dan Rubella )bisa berakibat anak mengidap penyakit autisme. Hal ini dikarenakan vaksin ini mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder. Tapi hal ini masih diperdebatkan oleh para ahli. Hal ini berdebatkan karena tidak adanya bukti yang kuat bahwa imunisasi ini penyebab dari autisme, tetapi imunisasi ini diperkirakan ada hubungannya dengan Autisme.

PENYEBAB ANAK NAKAL

Pada saat anak kita nakal atau tidak seperti teman-temannya yang penurut dan pendiam. Kita selaku orang tua langsung menjastifikasi, kenakalan yang ditimbulkan oleh anak karena karakternya atau anak kita yang salah. Pada hal yang menyebabkan anak nakal adalah orang tua itu sendiri tanpa disadarinya.

Coba kita lihat sepuluh hal yang bisa menyebabkan anak nakal. Jika hal ini kita lakukan ke anak maka kitalah pencipta kenakalannya:

1.  Sejak bayi, berikan kepada anak segala yang ia inginkan. Dengan demikian, ia akan percaya bahwa dunia berhutang budi kepadanya.

2.  Pada waktu ia mengucapkan kata-kata yang tidak patut, tertawakan ia, agar merasa bahwa ia lucu.

3.  Jangan pernah member pelajaran ruhani kepada anak. Tunggulah sampai ia berusia 21 tahun baru kemudian ia akan memilih untuk dirinya sendiri.

4.  Jangan pernah mengatakan “salah” kepadanya. Kata itu akan mengembangkan rasa bersalah yang kompleks. Hal itu menjadikan ia di kemudian hari apabila ditangkap karena mencuri mobil akan merasa bahwa penangkapannya itu merupakan penganiayaan.

5.  Biarkan saja dia berbohong. Lakukan segalanya bagi anak, agar ia berpengalaman melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.

6.  Biarkan ia membaca apa saja yang dapat ia peroleh sendiri. Biarkan pikirannya berpesta pora di keranjang sampah.

7.  Sering-seringlah bertengkar dihadapan anak Anda. Dengan demikian mereka tidak akan terkejut apabila dikemudian hari keluarganya berantakan.

8.  Berilah uang yang mereka butuhkan. Jangan pernah membiarkan anak menabung untuk dirinya sendiri.

9.  Puaskanlah segala keinginannya, makanan, minuman, kesenangan. Dan lihat apakah segala keinginannya telah terpenuhi ?

10. Pada waktu ia sungguh-sungguh dalam kesulitan, maafkanlah diri Anda sendiri dengan mengatakan, “Aku tak dapat berbuat apa-apa lagi.”

 Itulah beberapa penyebab anak nakal. Jika masih ada orang tua yang melakukannya, bisa dikatakan ia telah menanam benih kenakalan dalam diri anaknya lalu jangan salahkan anak jika sulit diatur.

Rabu, 03 Juni 2009

CARA MEMBUAT ANAK SUKA MEMBACA

Buat orang tua yang ingin membuat anaknya rajin membaca buku, dan juga mencintai buku, maka tidak ada cara selain anak itu harus diajak membaca buku. Jangan takut buku akan dirusak. Hal itu sangat mudah diatasi (dijelaskan sebentar lagi).

Pertama, beli satu buku dulu, dan baca bersama dengan anak. Jangan sekedar membaca tetapi juga bertanya2 tentang gambar2 yang ada hal2 menarik di dalamnya (Ada berapa semut di sini? Di mana selimutnya? Mobilnya warna apa? dsb.) Dengan demikian, membaca buku menjadi kegiatan interaktif bagi anak, sekaligus mereka bisa menikmati waktu khusus untuk bergaul dengan orang tuanya (atau abang/kakak/ Om/Tante/ Kakek/Nenek, dsb.).

Waktu yang baik adalah pada saat anak mau tidur malam atau tidur siang. Nanti akan menjadi kebiasaan, dan juga merupakan waktu penting yang bisa digunakan orang tua untuk bergaul dengan anak. Kalau baca buku pada jam 9 malam sebelum tidur, maka tidak apa2 kalau menjadi ngantuk. Kalau sudah dikerjakan untuk 2 minggu, nanti Insya Allah menjadi kebiasaan dan anak bakalan minta terus, jadi orang tua harus siap membuat rutinitas baru ini.

Biarkan anak memilih buku yang ingin dibacakan (kalau sudah ada beberapa). Anak senang kalau cerita yang sama diulang berkali-kali sampai dia menghafalkannya. (Saya pernah dipukul keponakan karena untuk menyingkat waktu, saya loncat dari kalimat pertama sampai kalimat terakhir di dalam halaman pertama, tanpa tahu cerita sudah dihafalakan oleh dia. Umurnya anak itu 3 tahun, dan dia tahu kalau satu kalimat tidak dibaca, dan menjadi marah. Ceritanya harus sama terus!)

Kalau sudah selesai baca buku untuk pertama kali, sekarang saatnya untuk membuat perjanjian sama anak. Setelah baca buku pertama, bertanya kalau anak suka. Dia pasti bilang iya. Bertanya kalau mau dibelikan lagi. Dia pasti bilang iya.

Bikin janji: “Ibu janji untuk beli buku lagi, tetapi hanya kalau semua buku dijaga dan tidak disobek!” Jelaskan bahwa buku mahal, dan kalau disobek, maka uang Ibu habis dengan sia-sia. Kalau uang Ibu habis, tidak bisa belikan buku lagi karena harus menghemat uang untuk beli susu, dsb. Jadi kalau buku dipelihara dengan baik, Ibu akan belikan buku terus.

Jadi, sekarang anak harus memilih sendiri: mau jaga buku supaya dapat lagi, atau tidak? Mendorong anak untuk mengulangi perjanjian sama Ibu, supaya dia menjadi hafal. Dan percapakan yang sama perlu diulang beberapa kali dalam satu minggu sebelum dibelikan buku lagi. Ini untuk tekankan bagi anak bahwa peraturan sudah jelas, dan dibuat dengan persetujuan anak. Jadi, kalau anak tidak dibelikan buku lagi (karen buku pertama disobek), maka itu konsekuensi daripada perbuatan anak sendiri dan merupakan “pilihan dia”.

Ibu: “Kalau buku disobek..?

Anak: “…tidak dibelikan lagi.”

Ibu: “Tetapi kalau buku dijaga baik-baik…?”

Anak: “…akan dibelikan lagi.”

Ibu: “Kamu mau yang mana? Pilih sendiri ya!”

Anak kecil sangat egois dan pasti memilih yang terbaik bagi dirinya. Kalau dia tahu bisa dapat lagi dengan menjaga buku pertama, dia pasti akan berusaha menjaganya (tetapi belum tentu langsung bisa, tergantung umurnya, jadi Ibu harus bersabar dan siap coba lagi kalau gagal pertama kalinya).