Kak Seto, seorang pakar perkembangan anak tak pernah lelah untuk memperingatkan para orangtua di Indonesia bahwa bermain merupakan sebuah aktivitas yang berperan besar dalam perkembangan kreativitas anak, yang kelak akan berguna bagi kehidupannya saat menjadi manusia dewasa.
Seorang anak memiliki kualitas dan kapasitas yang berbeda dengan manusia dewasa. Dalam kualitas dan kapasitasnya tersebut bermain merupakan satu aktivitas yang sangat disukai oleh anak dan bisa menjadi sarana bagi mereka untuk belajar. Oleh sebab itu para orangtua harus dapat memberikan pelajaran dengan cara-cara bermain yang menyenangkan. Namun dalam menjalani aktivitas belajar sambil bermain tersebut orangtua juga harus memperhatikan pertumbuhan anak mereka, baik perkembangan fisik maupun psikologisnya. Oleh sebab itu pilihlah permainan yang sesuai dengan pertumbuhan tersebut.
Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bermain bersama anak, yaitu:
1.Usahakan untuk senantiasa menciptakan suasana bermain yang menyenangkan bagi anak.
2.Biarkan anak bermain berdasarkan motivasi internal, yaitu yang berasal dari dalam diri sang anak itu sendiri.
3.Jangan gunakan paksaan dalam bermain, biarkan anak bermain secara sukarela.
4.Biarkan anak bermain menggunakan imajinasi, di mana anak dapat mengembangkan daya khayalnya secara luas tanpa batas.
5.Pastikan anak-anak terlibat secara aktif dalam setiap permainan yang diikutinya.
Jika hal-hal tersebut terpenuhi maka, bermain bisa menjadi kegiatan yang secara maksimal dapat merangsang perkembangan kreatvitias anak. Tapi apakah sebenarnya kreativitas itu? Dan bagaimana kreativitas itu dapat terbentuk? Kreativitas adalah kemampuan anak dalam menciptakan ide-ide baru. Dan setiap anak pada dasarnya kreatif, namun seringkali tingkat kreativitas semakin menurun seiring dengan berjalannya waktu karena tekanan yang dialami pada saat mereka mulai memasuki lembaga pendidikan yang kurang dapat menghargai kreativitas alamiah mereka. Padahal kreativitas sangatlah penting bagi masa depan anak, karena dengan kreativitas seorang anak akan lebih mudah memecahkan masalah dengan fleksibilitas yang tinggi. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi penurunan kreativitas, latihlah anak untuk berpikir divergen, yaitu mencari pemecahan masalah dengan berbagai alternatif. Lalu usahakan untuk selalu menghargai setiap pendapatnya, kalau pun pendapatnya tidak sepenuhnya benar, biarkan ia mengungkapkannya terlebih dahulu baru kemudian berikan penjelasan logis mengapa pendapatnya Anda anggap kurang tepat. Dukungan seperti itu akan membuat anak tak takut untuk berpikir kreatif karena merasa dihargai.
Selain melalui proses bermain, anak-anak juga belajar banyak dari meniru. Semua hal yang dilihat di sekitarnya akan dimasukkan ke dalam memorinya untuk kemudian dilakukan ketika ia menemui keadaan yang sama. Oleh sebab itu merupakan hal yang penting untuk memperhatikan perilaku diri sebagai orangtua sekaligus selalu siap memberikan penjelasan yang tepat tentang perilaku orang-orang di sekitarnya agar ia tak meniru perbuatan yang keliru.
Rabu, 02 Desember 2009
CARA MEMBANGKITKAN KREATIVITAS ANAK DENGAN BERMAIN
Selasa, 01 Desember 2009
PENGENALAN ALAT TRANSPORTASI KERETA API
Asik Yaaaa.... mengajak anak untuk mengunjungi sekalian jalan - jalan ke Stasiun naik Kereta Api. Salah seorang petugas menjelaskan tata cara menaiki kereta api dan hal - hal apa yang tidak boleh dilakukan ketika kereta api berjalan. Tahu dak teman kami berangkat pagi sekali jam 06.00 WIB, tapi sayang keretanya berangkatnya molor jam 07.45. Tuuuuttt..........Tuuuuuuuuuuutttttttt kami mengunjungi Makam Bung Karno dan Candi Penataran.Lihat ekspresi mereka senang dan menggemaskan tak kenal rasa lelah dan takut mereka menyanyi dan bersendau gurau. AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA ................ anak - anak berteriak saat kereta mulai masuk trowonganm Hhhi gelap sekali. Waduh terlambat lagi nihh kereta apinya kita menunggu di Blitar sampai lama teman - teman selepas adhzan Magrib baru kita pulang ke Malang. Sampai di Malang jam 09.00 CAPEK DEEEEEEEEEEEEEEEEEEHHH.
GEBYAR TARI MASSAL
Sabtu, 28 November 2009
PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN UNTUK ANAK
Dewasa ini, telah terjadi pergeseran paradigma dalam mendidik anak-anak. Pola pendidikan yang dahulu berfokus pada perkembangan kognitif mulai lebih menitikberatkan pada perkembangan sosial dan emosional anak. Tugas-tugas yang diberikan seharusnya dikaitkan dengan kebutuhan, minat, dan gaya belajar anak. Hal yang paling penting adalah penekanan bukan pada hasil belajar, tapi lebih pada proses belajar itu sendiri. Dalam hal ini, kegiatan belajar sebaiknya berupa permainan-permainan yang mengoptimalkan fungsi-fungsi eksperimentasi, eksplorasi, penemuan, dan pengujicobaan. Dengan demikian, cara belajar yang mengandalkan media kertas dan pensil sudah seharusnya dialihkan dengan pola belajar yang mengajarkan experiential learning, dimana anak-anak mampu mengembangkan kemampuan kognitif, sekaligus motorik dan juga sosioemosional, sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dalam hal ini, anak akan belajar ketika mereka bertindak aktif dan mencari solusi secara mandiri.Oleh karena itu, metode-metode mengajar sebaiknya jangan menempatkan anak dalam posisi pasif. Pada semua mata pelajaran, anak belajar melalui penemuan-penemuan, refleksi, dan berdiskusi. Hal ini akan membawa hasil yang lebih baik daripada hanya meniru guru saja. Penekanan pada proses eksplorasi dan penemuan berimplikasi pada ruang kelas yang kurang terstruktur. Buku-buku dan sekumpulan tugas juga kurang begitu digunakan. Sebaliknya, guru lebih baik mengamati minat anak dan partisipasi alami pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan di sekolah untuk memutuskan proses belajar yang terjadi.
Jumat, 13 November 2009
MENGENALI EMOSIONAL ANAK
Sebagai orang tua, kita perlu memperhatikan kondisi emosi anak. Membantu mereka mengenali emosi atau perasaan yang mereka mengenali emosi atau perasaan yang mereka rasakan pada saat-saat tertentu dalam hidup mereka yang membantu untuk memproses emosi mereka menuju kematangan emosi.
Dalam menghadapi anak, orangtua diperhadapkan empat jenis kondisi emosi seperti moody, marah, kesedihan dan stress (untuk stress akan dibahas pada artikel selanjutnya).
Meregulasi mood anak
Remaja dikenal dengan masa mood swing yang sulit diprediksi. David Wilmes (1995) nengkategorikan empat macam mood yang cukup konsisten yang dialami remaja yakni H.A.L.T (Hungry,Angry,Lonely,Tired). Keempat hal ini adalah indicator untuk menjelaskan ketidaknyaman atau rasa aneh yang terjadi dalam diri anak. Oleh karena itu, anak perlu diajar berwaspada terhadap hal tersebut dan bagaimana bersikap untuk mengatasinya.
Hungry. “Sudah makan koq lapar terus."
Angry. “Lagi sebel aja, padahal ga ada yang ganggu.”
Lonely. “Suka kesepian walau banyak orang di sekelilingku.”
Tired. “Kenapa sering lelah padahal sudah cukup tidur.”
Strategi untuk mempertahankan mood baik pada anak adalah :
· Jauhi makanan fast food dan junk food. Anak perlu nutrisi yang baik untuk pertumbuhan. Kebanyakan junk food secara kedokteran dapat menimbulkan bosan dan depresi. Nutrisi yang seimbang dan variasi makanan dapat mendatangkan mood yang baik.
· Cukup tidur. Remaja yang tidak mendapat waktu tidur yang cukup karena bekerja atau sekadar menonton TV membawa akibat negative terhadap perasaan di hari berikutnya. Riset yang dikutip dalam buku Parenting for Prevention yang ditulis David Wilmes tahun 1995 menemukan remaja perlu 8-9 jam tidur setiap malam untuk “berfungsi” dengan baik. Pertahankan jam rutin tidur sesuai umur anak: anak SD tidur antara jam 8-8.30; SMP jam 8.30-9 dan SMU jam 9-10 malam.
· Beraktifitas fisik dan berolahraga. Melakukan aktifitas yang fun sebaiknya dilakukan secara rutin. Biarkan anak memilih jenis olahraga atau kegiatan yang menyenangkan dia. Hal ini akan sangat membantu untuk membangun mood baik. Jauhkan dari aktifitas pasif seperti main game, nonton TV atau sekedar duduk di depan computer/internet.
· Ajar anak untuk membicarakan perasaan yang tidak nyaman yang mereka rasakan dan sampaikan kepada anak anda bahwa jika mereka tidak nyaman maka seisi rumah juga merasa tidak nyaman.
Strategi untuk mengontrol amarah anak.
Amarah sebenarnya memiliki potensi membangun karena rasa marah dapat memberi kita energi untuk memecahkan masalah-masalah dan memuaskan kebutuhan kita. Meskipun demikian, ada perbedaan besar antara memuaskan kebutuhan dengan ekspresi marah yang destruktif yang dilakukan dengan cara yang tidak pantas. Hanya karena anda ‘membutuhkan’ krayon biru tidak membuatnya memiliki alas an untuk memukul teman sekelasnya yang tidak mengembalikan krayon itu pada tempatnya. Sebagai orang tua, anda bertanggungjawab mengajar anak anda bahwa marah itu diperbolehkan, namun tidak berlaku untuk bertingkah laku kasar. Berikut saran dari Pat Huggins, instruktur klinik dalam Graduate School of Counseling di Universitas of Washington di tahun 1993 yang akan menolong dalam membantu anak mengontrol amarahnya.
· Trik Kura – Kura
Ketika anak anda kesal, biarkan dia mencoba melakukan trik kura-kura, (anda dapat melatihnya saat dia sedang tidak dalam kondisi marah). Tuntun anak anda untuk memikirkan waktu atau berikan contoh situasi saat dia marah. Biarkan itu mengingat perasaan yang muncul saat emosi-emosi itu muncul. Jelaskan padanya, bahwa daripada ia memukul atau memanggil nama seseorang, dia dapat berpua-pura menjadi kura-kura. Saat seekor kura-kura takut atau marah, ia bersembunyi dalam tempurungnya, tempat ia merasa aman. Tempurung itu memberikan kesempatan kepada kura-kura untuk menenangkan dirinya karena itu melindunginya dari pihak luar. Jika anak anda masuk ke dalam ‘tempurung’ itu akan melindunginya karena ia tidak akan mendapat kesulitan akibat memukul teman bermainnya. Hal ini secara umum terebukti efektif diterapkan pada anak-anak di sekolah dasar yang gemar melakukan permainan ‘berpura-pura’ meskipun membutuhkan waktu beberapa saat sebelum mereka dapat fasih memainkannya.
· Berbicara pada diri sendiri
Senin, 27 Juli 2009
PENGARUH IQ DAN EQ
Rabu, 22 Juli 2009
CIRI-CIRI ANAK PINTAR
Banyak orang tua tidak memahami, tentang kondisi dan kemampuan yang dimiliki oleh anak-anaknya. Misal kita ambil contoh, anak sebetulnya kreatif dan pintar akan tetapi orang tua merasa malu dan menganggap anaknya itu bandel dan nakal.
Selasa, 09 Juni 2009
PENANGANAN ANAK HIPERAKTIF
Menjadi orangtua yang memiliki anak hiperaktif pasti merupakan salah satu tugas yang sangat sulit. Berikut ini beberapa tips yang dapat Anda terapkan dalam usaha menghadapi anak hiperaktif.
1. Ajarkan disiplin pada anak hiperaktif, agar ia dapat mengatur dirinya dengan baik.
2. Jangan menghukumnya karena perilaku hiperaktif bukanlah kesalahan anak Anda.
3. Jangan sekali-kali melabel anak hiperaktif sebagai anak nakal, malas atau bodoh, karena akhirnya ia akan bersikap seperti yang dilabelkan padanya.
4. Keefektifan terapi berbeda-beda bagi tiap anak. Orangtua harus menentukan terapi yang terbaik bagi anak.
5. Yang terpenting berikan kasih sayang (bukan memanjakan) pada anak hiperaktif melebihi saudara lainnya. lasannya, seberapa banyak kasih sayang yang ditumpahkan pada anak hiperaktif, tidak akan pernah bisa penuh.
6. Dalam mengajari anak Anda yang hiperaktif, jangan bosan untuk terus menerus mengulang hal-hal yang dengan cepat dapat dipelajari dan diingat oleh anak normal.
7. Di depan anak Anda tersebut, katakanlah pada orang lain kalau dia adalah anak yang baik, dan jangan mengomentari kesalahan- kesalahan yang pernah dilakukannya.
8. Secara konstan/terus menerus waspadalah terhadap segala tindakannya yang mungkin dapat membahayakan dirinya atau orang lain.
9. Perbanyak komunikasi dengan anak Anda. Jika pada anak normal kita cenderung berkomunikasi pada saat-saat tertentu, pada anak hiperaktif kita harus berkomunikasi “setiap satu menit sekali”.
10. Salah satu hal tersulit dalam mengatasi anak hiperaktif adalah ketika sedang berada di meja makan dan kita meminta dia makan sendiri. Mungkin dia malah akan memainkan makanannya atau berlari- lari mengelilingi meja makan. Jangan marahi dia! Yang harus Anda lakukan adalah Anda harus menyuapi mereka dengan sabar.
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
1. Pengertian
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
b. Belajar melalui bermain
Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
c. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
d. Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.
e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.
f. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.
g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berluang .
STANDAR KOMPETENSI ANAK USIA DINI
A. Pengertian
Standar kompetensi anak usia dini adalah standar kemampuan anak usia 0-6 tahun yang didasarkan pada perkembangan anak. Standar kompetensi ini digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum anak usia dini.
B. Standar Kompetensi Anak Usia Dini
Standar kompetensi anak usia dini terdiri atas pengembangan aspek-aspek sebagai berikut: a. Moral dan nilai-nilai agama, b. Sosial, emosional, dan kemandirian, c. Bahasa, d. Kognitif, e. Fisik/Motorik, dan f. Seni.
PENGEMBANGAN KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
A. Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
B. Prinsip-prinsip Pengembangan
1. Bersifat komperhensif
Kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek perkembangan .
2. Dikembangkan atas dasar perkembangan secara bertahap.
Kurikulum harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang tepat didasarkan pada usia dan tahapan perkembangan setiap anak. Program menyediakan berbagai sarana dan bahan untuk anak dengan berbagai kemampuan.
3. Melibatkan orang tua
Keterlibatan orang tua sebagai pendidik utama bagi anak. Oleh karena itu peran orang tua dalam pendidikan anak usia dini sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan.
4. Melayani kebutuhan individu anak.
Kurikulum dapat mewadahi kemampuan, kebutuhan,minat setiap anak.
5. Merefleksikan kebutuhan dan nilai masyarakat
Kurikulum harus memperhatikan kebutuhan setiap anak sebagai anggota dari keluarga dan nilai-nilai budaya suatu masyarakat.
6. Mengembangkan standar kompetensi anak
Kurikulum yang dikembangkan harus dapat mengembangkan kompetensi anak. Standar Kompetensi seabagi acuan dalam menyiapkan lingkungan belajar anak.
7. Mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus
Kurikulum yang dikembangkan hendaknya memperhatikan semua anak termasuk anak-anak yang berkebutuhan khususus.
8. Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat
Kurikulum hendaknya dapat menunjukkan bagaimana membangun sinegi dengan keluarga dan masyarakat sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai
9.Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak
Kurikulum yang dibangun hendaknya memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan anak saat anak berada disekolah
10.Menjabarkan prosedur pengelolaan Lembaga
Kurikulum hendaknya dapat menjabarkan dengan jelas prosedur manajemen/pengelolaan lembaga kepada masyarakat sebagai bentuk akuntabiitas.
11. Manajemen Sumber Daya Manusia
Kurikulum hendaknya dapat menggamabarkan proses manajemen pembinaan sumber daya manusia yang terlibat di lembaga
12.Penyediaan Sarana dan Prasarana.
Kurikulum dapat menggambarkan penyediaan srana dan prasaran yang dimiliki lembaga.
C. Komponen Kurikulum
a. Anak
Sasaran layanan pendidikan Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0- 6 tahun. Pengelompokan anak didasarkan pada usia sebagai berikut : (1) 0 – 1 tahun, (2) 1 – 2 tahun, (3) 2- 3 tahun, (4) 3 - 4 tahun, (5) 4- 5 tahun, dan (6) 5 - 6 tahun.
b. Pendidik
Kompetensi Pendidik anak usia dini memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi; dan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD atau sekurang - kurangnya telah mendapat pelatihan pendidikan anak usia dini. Adapun rasio pendidik dan anak adalah (1) Usia 0 – 1 tahun rasio 1 : 3 anak, (2) Usai 1 – 3 tahun rasio 1 : 6 anak, (3) Usia 3 - 4 tahun rasio 1 : 8 anak, dan (4) Usia 4 - 6 tahun rasio 1 : 10 /12 anak
c. Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi ( content ), dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia.
Materi Usia lahir sampai 3 tahun meliputi:
1). Pengenalan diri sendiri ( Perkembangan konsep diri)
2). Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi)
3). Pengenalan tentang Orang lain (Perkembangan Sosial)
4). Pengenalan berbagai gerak (perkembangan Fisik)
5). Mengembangkan komunikasi (Perkembangan bahasa)
6). Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif)
Materi untuk anak usia 3 – 6 tahun meliputi :
1) Keaksaraan mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran phonologi, wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku, dan teks lainnya.
2) Konsep Matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran, pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.
3) Pengetahuan Alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.
4) Pengetahuan Sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia, dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lain, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah ada ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar; di luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.
5) Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari, adalah mengekspresikan ide ke dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik, adalah mengkombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenagkan. Drama, adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat atau materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel, dll.
6) Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar. Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat teknologi yang digunakan anak-anak di rumah, di sekolah, dan pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.
7) Ketrampilan Proses mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen, pemecahan masalah; dan koneksi, pengorganisasian, komunikasi, dan informasi yang mewakili. Untuk mewadahi proses belajar bagi anak
d. Penilaian (Assesmen)
Assesmen adalah proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan perkembangan anak. Assesmen dilakukan melalui : observasi, konfrensi dengan para guru, survey, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak, dan unjuk kerja. Keseluruhan penilaian /assesmen dapat di buat dalam bentuk portofolio.
e. Pengelolaan Pembelajaran
1). Keterlibatan Anak
2). Layanan program
Lembaga Pendidikan anak usia dini dilaksnanakan sesuai satuan Pendidikan masing-masing. Jumlah hari dan jam layanan :
(a) Taman Penitipan Anak (TPA) dilaksanakan 3 – 5 hari dengan jam layanan minimal 6 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144 -160 hari atau 32 – 34 minggu.
(b) Kelompok Bermain (KB) setiap hari atau minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144 hari atau 32 - 34 minggu.
(c) Satuan PAUD Sejenis (SPS) minimal satu minggu sekali dengan jam layanan minimal 2 jam. Kekurangan jam layanan pada SPS dilengkapi dengan program pengasuhan yang dilakukan orang tua sehingga jumlah layanan keseluruhan setara dengan 144 hari dalam satu tahun.
(d) Taman Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari setiap minggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam. Layanan dalam satu tahun 160 hari atau 34 minggu. Layanan pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan anak usia dini mengikuti kalender pendidikan daerah masing-masing.
f. Melibatkan Peranserta masyarakat
Pelaksanaan pendidikan anak usia dini hendaknya dapat melibatkan seluruh komponen masyarakat. Penyelenggaraan pendiikan anak usai dini dapat dilakukan oleh swasta dan pemerintah , yayasan maupun perorangan.
E. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini.
Kerangka dasar Kurikulum digunakan pada pendidika anak usia dini jalur formal maupun jalur non formal yaitu :
a. Taman Kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun. Sasaran Pendidikan Taman Kanak-Kanak adalah anak usia 4 - 6 tahun, yang dibagi ke dalam dua kelompok belajar berdasarkan usia yaitu Kelompok A untuk anak usia 4 - 5 tahun dan Kelompok B untuk anak didik usia 5 - 6 tahun.
b. Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun. Sasaran KB adalah anak usia 2 - 4 tahun dan anak usia 4 - 6 tahun yang tidak dapat dilayani TK (setelah melalui pengkajian dan mendapat rekomendasi dari pihak yang berwenang).
c. Taman Penitipan Anak adalah layanan pendidikan yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat bagi anak usia lahir - 6 tahun yang orang tuanya bekerja. Peserta didik pada TPA adalah anak usia lahir - 6 tahun.
d. Satuan PAUD Sejenis (SPS) adalah layanan minimal merupakan layanan minimal yang hanya dilakukan 1-2 kali/minggu atau merupakan layanan PAUD yang diintegrasikan dengan program layanan lain. Peserta didik pada SPS adalah anak 2-4 tahun.