Rabu, 02 Desember 2009

CARA MEMBANGKITKAN KREATIVITAS ANAK DENGAN BERMAIN


Kak Seto, seorang pakar perkembangan anak tak pernah lelah untuk memperingatkan para orangtua di Indonesia  bahwa bermain merupakan sebuah aktivitas yang berperan besar dalam perkembangan kreativitas anak, yang kelak akan berguna bagi kehidupannya saat menjadi manusia dewasa.

Seorang anak memiliki kualitas dan kapasitas yang berbeda dengan manusia dewasa. Dalam kualitas dan kapasitasnya tersebut bermain merupakan satu aktivitas yang sangat disukai oleh anak dan bisa menjadi sarana bagi mereka untuk belajar. Oleh sebab itu para orangtua harus dapat memberikan pelajaran dengan cara-cara bermain yang menyenangkan. Namun dalam menjalani aktivitas belajar sambil bermain tersebut orangtua juga harus memperhatikan pertumbuhan anak mereka, baik perkembangan fisik maupun psikologisnya. Oleh sebab itu pilihlah permainan yang sesuai dengan pertumbuhan tersebut. 

Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bermain bersama anak, yaitu:
1.Usahakan untuk senantiasa menciptakan suasana bermain yang menyenangkan bagi anak.
2.Biarkan anak bermain berdasarkan motivasi internal, yaitu yang berasal dari dalam diri sang anak itu sendiri.
3.Jangan gunakan paksaan dalam bermain, biarkan anak bermain secara sukarela.
4.Biarkan anak bermain menggunakan imajinasi, di mana anak dapat mengembangkan daya khayalnya secara luas tanpa batas.
5.Pastikan anak-anak terlibat secara aktif dalam setiap permainan yang diikutinya.

Jika hal-hal tersebut terpenuhi maka, bermain bisa menjadi kegiatan yang secara maksimal dapat merangsang perkembangan kreatvitias anak. Tapi apakah sebenarnya kreativitas itu? Dan bagaimana kreativitas itu dapat terbentuk? Kreativitas adalah kemampuan anak dalam menciptakan ide-ide baru. Dan setiap anak pada dasarnya kreatif, namun seringkali tingkat kreativitas semakin menurun seiring dengan berjalannya waktu karena tekanan yang dialami pada saat mereka mulai memasuki lembaga pendidikan yang kurang dapat menghargai kreativitas alamiah mereka. Padahal kreativitas sangatlah penting bagi masa depan anak, karena dengan kreativitas seorang anak akan lebih mudah memecahkan masalah dengan fleksibilitas yang tinggi. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi penurunan kreativitas, latihlah anak untuk berpikir divergen, yaitu mencari pemecahan masalah dengan berbagai alternatif. Lalu usahakan untuk selalu menghargai setiap pendapatnya, kalau pun pendapatnya tidak sepenuhnya benar, biarkan ia mengungkapkannya terlebih dahulu baru kemudian berikan penjelasan logis mengapa pendapatnya Anda anggap kurang tepat. Dukungan seperti itu akan membuat anak tak takut untuk berpikir kreatif karena merasa dihargai.

Selain melalui proses bermain, anak-anak juga belajar banyak dari meniru. Semua hal yang dilihat di sekitarnya akan dimasukkan ke dalam memorinya untuk kemudian dilakukan ketika ia menemui keadaan yang sama. Oleh sebab itu merupakan hal yang penting untuk memperhatikan perilaku diri sebagai orangtua sekaligus selalu siap memberikan penjelasan yang tepat tentang perilaku orang-orang di sekitarnya agar ia tak meniru perbuatan yang keliru.

Selasa, 01 Desember 2009

PENGENALAN ALAT TRANSPORTASI KERETA API




Malang - Blitar Tanggal 17 November 2009

Asik Yaaaa.... mengajak anak untuk mengunjungi sekalian jalan - jalan ke Stasiun naik Kereta Api. Salah seorang petugas menjelaskan tata cara menaiki kereta api dan hal - hal apa yang tidak boleh dilakukan ketika kereta api berjalan. Tahu dak teman kami berangkat pagi sekali jam 06.00 WIB, tapi sayang keretanya berangkatnya molor jam 07.45. Tuuuuttt..........Tuuuuuuuuuuutttttttt kami mengunjungi Makam Bung Karno dan Candi Penataran.Lihat ekspresi mereka senang dan menggemaskan tak kenal rasa lelah dan takut mereka menyanyi dan bersendau gurau. AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA ................ anak - anak berteriak saat kereta mulai masuk trowonganm Hhhi gelap sekali. Waduh terlambat lagi nihh kereta apinya kita menunggu di Blitar sampai lama teman - teman selepas adhzan Magrib baru kita pulang ke Malang. Sampai di Malang jam 09.00 CAPEK DEEEEEEEEEEEEEEEEEEHHH.


GEBYAR TARI MASSAL


Gebyar tari massal yang dilaksanakan di Gor Ken Arok pada tanggal 24 November 2009. Diikuti siswa - siswi seluruh TK. KOTA MALANG salah satunya TK. SENAPUTRA dari Kec Klojen.TK.SENAPUTRA berpartisipasi dengan menampilkan 50 anak dan 3 guru sebagai penari inti.Dengan tema semangat perjuangan para pahlawan - pahlawan Bangsa menampilkan tarian Daerah dari Sabang Sampai Merauke.

Sabtu, 28 November 2009

PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN UNTUK ANAK


Dewasa ini, telah terjadi pergeseran paradigma dalam mendidik anak-anak. Pola pendidikan yang dahulu berfokus pada perkembangan kognitif mulai lebih menitikberatkan pada perkembangan sosial dan emosional anak. Tugas-tugas yang diberikan seharusnya dikaitkan dengan kebutuhan, minat, dan gaya belajar anak. Hal yang paling penting adalah penekanan bukan pada hasil belajar, tapi lebih pada proses belajar itu sendiri. Dalam hal ini, kegiatan belajar sebaiknya berupa permainan-permainan yang mengoptimalkan fungsi-fungsi eksperimentasi, eksplorasi, penemuan, dan pengujicobaan. Dengan demikian, cara belajar yang mengandalkan media kertas dan pensil sudah seharusnya dialihkan dengan pola belajar yang mengajarkan experiential learning, dimana anak-anak mampu mengembangkan kemampuan kognitif, sekaligus motorik dan juga sosioemosional, sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dalam hal ini, anak akan belajar ketika mereka bertindak aktif dan mencari solusi secara mandiri.Oleh karena itu, metode-metode mengajar sebaiknya jangan menempatkan anak dalam posisi pasif. Pada semua mata pelajaran, anak belajar melalui penemuan-penemuan, refleksi, dan berdiskusi. Hal ini akan membawa hasil yang lebih baik daripada hanya meniru guru saja. Penekanan pada proses eksplorasi dan penemuan berimplikasi pada ruang kelas yang kurang terstruktur. Buku-buku dan sekumpulan tugas juga kurang begitu digunakan. Sebaliknya, guru lebih baik mengamati minat anak dan partisipasi alami pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan di sekolah untuk memutuskan proses belajar yang terjadi.

           Proses belajar anak harus terjadi secara natural. Anak tidak seharusnya ditekan secara dini sebelum tingkat kematangan anak memang sudah siap. Bila terjadi pemaksaan pada anak yang belum siap secara psikologis, maka hasil yang diperoleh dapat saja justru berbalik pada prestasi akademis dan rasa harga diri anak yang menjadi rendah. Di tingkat prasekolah, yaitu Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak, anak mempelajari beberapa hal yang dapat membantunya menuju kematangan sekolah di Sekolah Dasar. Pada saat inilah, anak mengembangkan interaksi sosialnya dengan teman-teman sebayanya. Anak juga berlatih untuk dapat tampil percaya diri, asertif, mandiri, serta memiliki pemahaman yang lebih luas tentang dunia sosial mereka. Selanjutnya, ketika anak memasuki tingkat Sekolah Dasar, maka anak mulai dihadapkan pada peran baru dengan berbagai tugas dan tanggung jawab. Pendekatan yang sebaiknya dilakukan adalah pola-pola pengajaran yang bersifat integratif dan tidak terpisah-pisah antara mata pelajaran satu dengan lainnya. Contohnya, anak dapat mempelajari konsep matematika melalui musik ataupun pelajaran olahraga atau belajar membaca dan menulis melalui proyek-proyek ilmiah untuk menambah pengetahuan anak tentang Ilmu Alam.

            Situasi belajar seharusnya didesain sedemikian rupa sehingga anak dapat belajar dengan melakukan sesuatu hal. Situasi ini akan membentuk pola pikir dan penemuan anak. Guru mendengar, memperhatikan, dan memberi pertanyaan untuk menolong anak meraih pemahaman yang lebih baik. Jangan hanya menekankan pada apa yang dipikirkan anak serta hasil dari belajar, tapi juga perlu mengamati bagaimana anak berpikir. Tanyakan pertanyaan-pertanyaan relevan yang dapat menstimulasi proses berpikir dan minta anak menjelaskan jawaban mereka. Konsep ini penting mengingat bahwa anak tidak datang ke kelas dengan pikiran kosong. Mereka memiliki banyak ide tentang lingkungan fisik dan alam serta konsep tentang jarak, waktu, kuantitas, dan hubungan sebab akibat. Ide-ide yang dimiliki pun berbeda dari ide-ide orang dewasa. Guru perlu menginterpretasi perkataan anak dan merespon secara dialogis dengan menyesuaikan tingkat perkembangan anak. Begitu pula halnya dengan evaluasi atau penilaian proses belajar. Penilaian tidak hanya dilakukan berdasarkan hasil akhir, namun juga melihat proses yang terjadi selama anak belajar. Dalam hal ini, penilaian dapat saja berupa penjelasan tertulis dan atau verbal untuk mendiskusikan strategi berpikir anak

Jumat, 13 November 2009

MENGENALI EMOSIONAL ANAK



Sebagai orang tua, kita perlu memperhatikan kondisi emosi anak.  Membantu mereka mengenali emosi atau perasaan yang mereka mengenali emosi atau perasaan yang mereka rasakan pada saat-saat tertentu dalam hidup mereka yang membantu untuk memproses emosi mereka menuju kematangan emosi.

Dalam menghadapi anak, orangtua diperhadapkan empat jenis kondisi emosi seperti moody, marah, kesedihan dan stress (untuk stress akan dibahas pada artikel selanjutnya).


Meregulasi mood anak

Remaja dikenal dengan masa mood swing yang sulit diprediksi. David Wilmes (1995) nengkategorikan empat macam mood yang cukup konsisten yang dialami remaja yakni H.A.L.T (Hungry,Angry,Lonely,Tired). Keempat hal ini adalah indicator untuk menjelaskan ketidaknyaman atau rasa aneh yang terjadi dalam diri anak. Oleh karena itu, anak perlu diajar berwaspada terhadap hal tersebut dan bagaimana bersikap untuk mengatasinya.

Hungry. “Sudah makan koq lapar terus."

Angry. “Lagi sebel aja, padahal ga ada yang ganggu.” 

Lonely. “Suka kesepian walau banyak orang di sekelilingku.” 

Tired. “Kenapa sering lelah padahal sudah cukup tidur.”


Strategi untuk mempertahankan mood baik pada anak adalah :

·                                 Jauhi makanan fast food dan junk food. Anak perlu nutrisi yang baik untuk pertumbuhan. Kebanyakan junk food secara kedokteran dapat menimbulkan bosan dan depresi. Nutrisi yang seimbang dan variasi makanan dapat mendatangkan mood yang baik.

·                                 Cukup tidur. Remaja yang tidak mendapat waktu tidur yang cukup karena bekerja atau sekadar menonton TV membawa akibat negative terhadap perasaan di hari berikutnya. Riset yang dikutip dalam buku Parenting for Prevention yang ditulis David Wilmes tahun 1995 menemukan remaja perlu 8-9 jam tidur setiap malam untuk “berfungsi” dengan baik. Pertahankan jam rutin tidur sesuai umur anak: anak SD tidur antara jam 8-8.30; SMP jam 8.30-9 dan SMU jam 9-10 malam.

·                                 Beraktifitas fisik dan berolahraga. Melakukan aktifitas yang fun sebaiknya dilakukan secara rutin. Biarkan anak memilih jenis olahraga atau kegiatan yang menyenangkan dia. Hal ini akan sangat membantu untuk membangun mood baik. Jauhkan dari aktifitas pasif seperti main game, nonton TV atau sekedar duduk di depan computer/internet.

·                                 Ajar anak untuk membicarakan perasaan yang tidak nyaman yang mereka rasakan dan sampaikan kepada anak anda bahwa jika mereka tidak nyaman maka seisi rumah juga merasa tidak nyaman.

      Strategi untuk mengontrol amarah anak.

            Amarah sebenarnya memiliki potensi membangun karena rasa marah dapat memberi kita energi untuk memecahkan masalah-masalah dan memuaskan kebutuhan kita. Meskipun demikian, ada perbedaan besar antara memuaskan kebutuhan dengan ekspresi marah yang destruktif yang dilakukan dengan cara yang tidak pantas. Hanya karena anda ‘membutuhkan’ krayon biru tidak membuatnya memiliki alas an untuk memukul teman sekelasnya yang tidak mengembalikan krayon itu pada tempatnya. Sebagai orang tua, anda bertanggungjawab mengajar anak anda bahwa marah itu diperbolehkan, namun tidak berlaku untuk bertingkah laku kasar. Berikut saran dari Pat Huggins, instruktur klinik dalam Graduate School of Counseling di Universitas of Washington di tahun 1993 yang akan menolong dalam membantu anak mengontrol amarahnya.


·      Trik Kura – Kura

Ketika anak anda kesal, biarkan dia mencoba melakukan trik kura-kura, (anda dapat melatihnya saat dia sedang tidak dalam kondisi marah). Tuntun anak anda untuk memikirkan waktu atau berikan contoh situasi saat dia marah. Biarkan itu mengingat perasaan yang muncul saat emosi-emosi itu muncul. Jelaskan padanya, bahwa daripada ia memukul atau memanggil nama seseorang, dia dapat berpua-pura menjadi kura-kura. Saat seekor kura-kura takut atau marah, ia bersembunyi dalam tempurungnya, tempat ia merasa aman. Tempurung itu memberikan kesempatan kepada kura-kura untuk menenangkan dirinya karena itu melindunginya dari pihak luar. Jika anak anda masuk ke dalam ‘tempurung’ itu akan melindunginya karena ia tidak akan mendapat kesulitan akibat memukul teman bermainnya. Hal ini secara umum terebukti efektif diterapkan pada anak-anak di sekolah dasar yang gemar melakukan permainan ‘berpura-pura’ meskipun membutuhkan waktu beberapa saat sebelum mereka dapat fasih memainkannya. 


·      Berbicara pada diri sendiri

Ini dapat menjadi langkah kedua setelah melakukan trik kura-kura atau bisa juga dilakukan secara terpisah. Ketika anak anda marah, biarkan dia berbicara kepada sendiri. Biar berkata dengan suara keras, “Tarik napas dalam-dalam dan rileks.” Kemudian biarkan dia berkata pelan kepada dirinya sendiri. Latih dia untuk mengatakan kalimat-kalimat seperti “Saya dapat mengontrol sikap” atau “Saya akan memikirkan suatu cara untuk menyelesaikan masalah ini

Senin, 27 Juli 2009

PENGARUH IQ DAN EQ


Mengapa orang yang lebih sosial berhasil sedangkan yang IQ-nya sedang banyak yang gagal? Pertama-tama kita perlu pahami dulu bahwa kecerdasan emosi (EQ) bukanlah lawan dari kosien kecerdasan (IQ). EQ justeru melengkapi IQ seperti halnya kecerdasan akademik dan ketrampilan kognitif. Penelitian menunjukkan bahwa sebenarnya kondisi emosi mempengaruhi fungsi otak dan kecepatan kerjanya (Cryer dalam Kemper). Penelitian bahkan juga menunjukkan bahwakemampuan intelektual Albert Einstein yang luar biasa itu mungkin berhubungan dengan bagian otak yang mendukung fungsi psikologis, yang disebut amygdala.


Meskipun demikian, EQ dan IQ berbeda dalam hal mempelajari dan mengembangkannya. IQ merupakan potensi genetik yang terbentuk saat lahir dan menjadi mantap pada usia tertentu saat pra-pubertas, dan sesudah itu tidak dapat lagi dikembangkan atau ditingkatkan. Sebaliknya, EQ bisa dipelajari, dikembangkan dan ditingkatkan pada segala umur.


Penelitian justeru menunjukkan bahwa kemampuan kita untuk mempelajari EQ meningkat dengan bertambahnya usia. Perbedaan lain, IQ merupakan kemampuan ambang yang hanya bisa menunjukkan jalan bagi karir kita atau membuat kita bekerja di bidang tertentu; sedangkan EQ berjalan di jalan itu dan mempromosikan kita di bidang itu. Oleh karena itu, keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan unsur penting dalam keberhasilan manajerial. Sampai tingkat tertentu, IQ mendorong kinerja produktif; tapi kompetensi berbasis-IQ dianggap "kemampuan ambang", artinya kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan rata-rata. Sebaliknya, kompetensi dan ketrampilan berbasis-EQ jauh lebih efektif, terutama pada tingkat organisasi yang lebih tinggi ketika perbedaan IQ dapat diabaikan.


Dalam studi perbandingan antara orang yang kinerjanya cemerlang dan yang biasa-biasa saja pada organisasi tingkat tinggi, perbedaannya 85% disebabkan oleh kompetensi berbasis-EQ, bukan IQ. Dr Goleman mengatakan bahwa walaupun organisasinya berbeda, kebutuhannya berbeda, ternyata EQ menyumbangkan 80-90% untuk memprediksikan keberhasilan dalam organisasi secara umum. Kami merujuk kepada studi kasus yang dilakukan oleh Dr. Goleman dan dua peneliti EQ terkenal lain untuk menganalisis bagaimana kompetensi EQ berkontribusi bagi laba yang didapatkan sebuah firma akuntansi yang besar. Pertama, IQ dan EQ para partisipan diuji dan dianalisis secara mendalam; kemudian mereka diorganisasi ke dalam beberapa kelompok kerja, dan masing-masing kelompok diberi pelatihan mengenai satu bentuk kompetensi EQ, seperti manajemen-diri dan ketrampilan sosial; sebagai kontrol adalah satu kelompok yang terdiri atas orang-orang ber-IQ tinggi.


Ketika dilakukan evaluasi nilai-tambah ekonomi yang diberikan kompetensi EQ dan IQ, hasilnya sangat mencengangkan. Kelompok dengan ketrampilan sosial tinggi menghasilkan skor peningkatan laba 110% , sementara yang dibekali manajemen-diri mencatat peningkatan laba 390%, peningkatan $ 1.465.000 per tahun. Sebaliknya, kelompok dengan kemampuan kognitif dan analitik tinggi, yang mencerminkan IQ, hanya menambah laba 50%; artinya, IQ memang meningkatkan kinerja, tapi secara terbatas karena hanya merupakan kemampuan ambang. Kompetensi berbasis EQ jelas jauh lebih mendorong kinerja. Penulis Mohamed El-Kamony adalah mahasiswa yunior American University di Cairo yang mengambil bidang utama Administrasi Bisnis dengan konsentrasi ganda dalam pemasaran dan keuangan.

Nilai IQ (intelligence quotient) yang rendah ternyata bukan cuma berpengaruh pada kesuksesan, tetapi juga kesehatan. Peneliti dari Inggris menyebutkan, orang yang memiliki IQ rendah lebih berisiko menderita penyakit jantung.Dalam studi yang dilakukan terhadap 4.000 orang, diketahui faktor IQ memegang peran hingga 20 persen terhadap perbedaan risiko kematian antara kelompok pasien yang berstatus ekonomi tinggi dan rendah. Hasil studi tersebut dipublikasikan dalam European Heart Journal.

Rabu, 22 Juli 2009

CIRI-CIRI ANAK PINTAR


Banyak orang tua tidak memahami, tentang kondisi dan kemampuan yang dimiliki oleh anak-anaknya. Misal kita ambil contoh, anak sebetulnya kreatif dan pintar akan tetapi orang tua merasa malu dan menganggap anaknya itu bandel dan nakal.

Coba kita perhatikan berbarapa hal tentang kepintaran anak:
1. Anak Selalu Aktif, dalam artian dia selalu ingin tau apa saja yang ada disekitar mereka. misal ingin memegang piring, sendok, bahkan ingin bisa membuka dan menutup sesuatu (toples, tempat air minum, dll). Jika kita melarang dan tidak memberi kesempatan kepada anak kita, secara tidak langsung kita mencegah anak kita untuk pintar dan sukses. Mengapa demikian, karena anak bisa memegang dan membuka serta menutup sesuatu. Berarti anak itu telah menggunakan sistem motorik (gerakan tubuh) dan yang paling penting lagi, dia telah menggunakan dan mengaktifkan otak bagian kanan (untuk mengatur gerak) serta dia juga menggunakan otak bagian kiri (untuk berpikir). bahkan otak belakangnya juga bekerja (untuk keseimbangan).

Catatan; Albet Ensten pintar dan geneus ternyata setelah dilihat otaknya! antara otak kiri dan kanan banyak berhubungan, dan dihubungkan oleh sel penghubung. Dan dari penelitian otak kanan dan kiri bisa terhubung dengan cara manusia sering menggunakan otaknya (berfikir) dan aktifitasnya tinggi (aktif/memiliki kesibukan/selalu bergerak/bekerja).

2. Anak Selalu Meniru, baik dalam bentuk kata, tinggkah laku (gerak) dan waktak. Ini penting di dalam perkembangan mental dan cara berfikir anak, dan banyak orang tua yang selalu mencegah anaknya meniru, bertingkah dan berwatak tertentu. Pada hal anak pada saat meniru dia berfikir, merasakan serta berusaha menyamai apa yang dia ketahui, rasakan dan dengar. Anak belajar watak dan tingkah laku dari lingkungan utamanya orang tua / orang yang selalu di dekatnya. 

Pada posisi ini anak belajar pintar untuk menggunakan akal dan perasaannya. Tinggal orang tua mengarahkan kepintaran anak itu. Hal yang dikawatirkan jika anak tidak bisa atau sulit meniru akan berakitat pada Kecerdasan Emosional (EQ) anak tersebut lemah. Akibatnya dia akan  sulit berhasil di dalam pekerjaan atau pun di kehidupannya.

3. Anak Pantang Menyerah, sering orang tua jengkel akan tingkah anaknya, misal dia dilarang naik tangga tapi tetap naik, dilarang loncat-loncat dan naik apa saja yang bisa dipanjat tetapi anak masih melakukan. Hal ini sebenarnya anak memiliki Intelegensi yang bagus tetapi orang tua tidak sadar, bahkan mengatakan anaknya sulit diatur. Padahal anak itu Tegas, percaya diri yang tinggi dan memiliki jiwa pemimpin, tinggal orang tua mengarahkan saja.

Bukti, kita lihat para pemimpin-pemimpin besar dia memiliki jiwa yang pantang menyerah, percaya diri dan dimasa kanak-kanak pasti dia lebih aktif dan menonjol dibandingkan tema-temannya, serta dia anak yang kratif.

Selasa, 09 Juni 2009

PENANGANAN ANAK HIPERAKTIF


Menjadi orangtua yang memiliki anak hiperaktif pasti merupakan salah satu tugas yang sangat sulit. Berikut ini beberapa tips yang dapat Anda terapkan dalam usaha menghadapi anak hiperaktif.

 

1.      Ajarkan disiplin pada anak hiperaktif, agar ia dapat mengatur dirinya dengan baik.

2.      Jangan menghukumnya karena perilaku hiperaktif bukanlah kesalahan anak Anda.

3.      Jangan sekali-kali melabel anak hiperaktif sebagai anak nakal, malas atau bodoh, karena akhirnya ia akan bersikap seperti yang dilabelkan padanya.

4.      Keefektifan terapi berbeda-beda bagi tiap anak. Orangtua harus menentukan terapi yang terbaik bagi anak.

5.      Yang terpenting berikan kasih sayang (bukan memanjakan) pada anak hiperaktif melebihi saudara lainnya. lasannya, seberapa banyak kasih sayang yang ditumpahkan pada anak hiperaktif, tidak akan pernah bisa penuh.

6.      Dalam mengajari anak Anda yang hiperaktif, jangan bosan untuk terus menerus mengulang hal-hal yang dengan cepat dapat dipelajari dan diingat oleh anak normal.

7.      Di depan anak Anda tersebut, katakanlah pada orang lain kalau dia adalah anak yang baik, dan jangan mengomentari kesalahan- kesalahan yang pernah dilakukannya.

8.      Secara konstan/terus menerus waspadalah terhadap segala tindakannya yang mungkin dapat membahayakan dirinya atau orang lain.

9.      Perbanyak komunikasi dengan anak Anda. Jika pada anak normal kita cenderung berkomunikasi pada saat-saat tertentu, pada anak hiperaktif kita harus berkomunikasi “setiap satu menit sekali”.

10.  Salah satu hal tersulit dalam mengatasi anak hiperaktif adalah ketika sedang berada di meja makan dan kita meminta dia makan sendiri. Mungkin dia malah akan memainkan makanannya atau berlari- lari mengelilingi meja makan. Jangan marahi dia! Yang harus Anda lakukan adalah Anda harus menyuapi mereka dengan sabar.

 

Demikian bebarapa tips yang diharapkan dapat membantu Anda. Menghadapi Anda hiperaktif mungkin tidak semudah teori yang kita baca, tapi dengan kesabaran dan didasarkan rasa kasih kita kepada sang anak, kita pasti bisa melakukannya.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

 

 1. Pengertian

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

 2. Tujuan

Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

 3. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.

 b. Belajar melalui bermain

Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.

c. Lingkungan yang kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.

 d. Menggunakan pembelajaran terpadu

Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.

 e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.

 f. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar

Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.

 g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang

Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berluang .

  

 

STANDAR KOMPETENSI ANAK USIA DINI

 A. Pengertian

Standar kompetensi anak usia dini adalah standar kemampuan anak usia 0-6 tahun yang didasarkan pada perkembangan anak. Standar kompetensi ini digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum anak usia dini.

 B. Standar Kompetensi Anak Usia Dini

Standar kompetensi anak usia dini terdiri atas pengembangan aspek-aspek sebagai berikut: a. Moral dan nilai-nilai agama, b. Sosial, emosional, dan kemandirian, c. Bahasa, d. Kognitif, e. Fisik/Motorik, dan f. Seni.

 

  

PENGEMBANGAN KURIKULUM

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

 A. Pengertian

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

 B. Prinsip-prinsip Pengembangan

1. Bersifat komperhensif

Kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek perkembangan .

 2. Dikembangkan atas dasar perkembangan secara bertahap.

Kurikulum harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang tepat didasarkan pada usia dan tahapan perkembangan setiap anak. Program menyediakan berbagai sarana dan bahan untuk anak dengan berbagai kemampuan.

 3. Melibatkan orang tua

Keterlibatan orang tua sebagai pendidik utama bagi anak. Oleh karena itu peran orang tua dalam pendidikan anak usia dini sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan.

 4. Melayani kebutuhan individu anak.

Kurikulum dapat mewadahi kemampuan, kebutuhan,minat setiap anak.

 5. Merefleksikan kebutuhan dan nilai masyarakat

Kurikulum harus memperhatikan kebutuhan setiap anak sebagai anggota dari keluarga dan nilai-nilai budaya suatu masyarakat.

 6. Mengembangkan standar kompetensi anak

Kurikulum yang dikembangkan harus dapat mengembangkan kompetensi anak. Standar Kompetensi seabagi acuan dalam menyiapkan lingkungan belajar anak.

 7. Mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus

Kurikulum yang dikembangkan hendaknya memperhatikan semua anak termasuk anak-anak yang berkebutuhan khususus.

 8. Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat

Kurikulum hendaknya dapat menunjukkan bagaimana membangun sinegi dengan keluarga dan masyarakat sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai

 9.Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak

Kurikulum yang dibangun hendaknya memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan anak saat anak berada disekolah

 10.Menjabarkan prosedur pengelolaan Lembaga

Kurikulum hendaknya dapat menjabarkan dengan jelas prosedur manajemen/pengelolaan lembaga kepada masyarakat sebagai bentuk akuntabiitas.

 11. Manajemen Sumber Daya Manusia

Kurikulum hendaknya dapat menggamabarkan proses manajemen pembinaan sumber daya manusia yang terlibat di lembaga

 12.Penyediaan Sarana dan Prasarana.

Kurikulum dapat menggambarkan penyediaan srana dan prasaran yang dimiliki lembaga.

 

C. Komponen Kurikulum

a. Anak

Sasaran layanan pendidikan Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0- 6 tahun. Pengelompokan anak didasarkan pada usia sebagai berikut : (1) 0 – 1 tahun, (2) 1 – 2 tahun, (3) 2- 3 tahun, (4) 3 - 4 tahun, (5) 4- 5 tahun, dan (6) 5 - 6 tahun.

 b. Pendidik

Kompetensi Pendidik anak usia dini memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi; dan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD atau sekurang - kurangnya telah mendapat pelatihan pendidikan anak usia dini. Adapun rasio pendidik dan anak adalah (1) Usia 0 – 1 tahun rasio 1 : 3 anak, (2) Usai 1 – 3 tahun rasio 1 : 6 anak, (3) Usia 3 - 4 tahun rasio 1 : 8 anak, dan (4) Usia 4 - 6 tahun rasio 1 : 10 /12 anak

 c. Pembelajaran

Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi ( content ), dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia.

 

Materi Usia lahir sampai 3 tahun meliputi:

1). Pengenalan diri sendiri ( Perkembangan konsep diri)

2). Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi)

3). Pengenalan tentang Orang lain (Perkembangan Sosial)

4). Pengenalan berbagai gerak (perkembangan Fisik)

5). Mengembangkan komunikasi (Perkembangan bahasa)

6). Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif)

 

Materi untuk anak usia 3 – 6 tahun meliputi :

1) Keaksaraan mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran phonologi, wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku, dan teks lainnya.

2) Konsep Matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran, pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.

3) Pengetahuan Alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.

4) Pengetahuan Sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia, dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lain, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah ada ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar; di luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.

5) Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari, adalah mengekspresikan ide ke dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik, adalah mengkombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenagkan. Drama, adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat atau materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel, dll.

6) Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar. Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat teknologi yang digunakan anak-anak di rumah, di sekolah, dan pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.

7) Ketrampilan Proses mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen, pemecahan masalah; dan koneksi, pengorganisasian, komunikasi, dan informasi yang mewakili. Untuk mewadahi proses belajar bagi anak usa dini pendidik harus dapat melakukan penataan lingkungan main, menyediakan bahan–bahan main yang terpilih, membangun interaksi dengan anak dan membuat rencana kegiatan main untuk anak. Proses pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui sentra atau area main. Sentra atau area tersebut bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi dari masing-masing satuan Pendidikan. Contoh sentra atau area bermain tersebut antara lain : Sentra Balok, Sentra Bermain Peran, Sentra Seni, Sentra Musik, Sentra Persiapan, Sentra agama, dan Sentra Memasak.

 

d. Penilaian (Assesmen)

Assesmen adalah proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan perkembangan anak. Assesmen dilakukan melalui : observasi, konfrensi dengan para guru, survey, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak, dan unjuk kerja. Keseluruhan penilaian /assesmen dapat di buat dalam bentuk portofolio.

 

e. Pengelolaan Pembelajaran

1). Keterlibatan Anak

2). Layanan program

 Lembaga Pendidikan anak usia dini dilaksnanakan sesuai satuan Pendidikan masing-masing. Jumlah hari dan jam layanan :

(a) Taman Penitipan Anak (TPA) dilaksanakan 3 – 5 hari dengan jam layanan minimal 6 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144 -160 hari atau 32 – 34 minggu.

(b) Kelompok Bermain (KB) setiap hari atau minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144 hari atau 32 - 34 minggu.

(c) Satuan PAUD Sejenis (SPS) minimal satu minggu sekali dengan jam layanan minimal 2 jam. Kekurangan jam layanan pada SPS dilengkapi dengan program pengasuhan yang dilakukan orang tua sehingga jumlah layanan keseluruhan setara dengan 144 hari dalam satu tahun.

(d) Taman Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari setiap minggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam. Layanan dalam satu tahun 160 hari atau 34 minggu. Layanan pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan anak usia dini mengikuti kalender pendidikan daerah masing-masing.

f. Melibatkan Peranserta masyarakat

Pelaksanaan pendidikan anak usia dini hendaknya dapat melibatkan seluruh komponen masyarakat. Penyelenggaraan pendiikan anak usai dini dapat dilakukan oleh swasta dan pemerintah , yayasan maupun perorangan.

 

E. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini.

Kerangka dasar Kurikulum digunakan pada pendidika anak usia dini jalur formal maupun jalur non formal yaitu : Taman Kanak-Kanak/ Raudhatul Athfal, Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain, dan Satuan PAUD Sejenis.

a. Taman Kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun. Sasaran Pendidikan Taman Kanak-Kanak adalah anak usia 4 - 6 tahun, yang dibagi ke dalam dua kelompok belajar berdasarkan usia yaitu Kelompok A untuk anak usia 4 - 5 tahun dan Kelompok B untuk anak didik usia 5 - 6 tahun.

b. Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun. Sasaran KB adalah anak usia 2 - 4 tahun dan anak usia 4 - 6 tahun yang tidak dapat dilayani TK (setelah melalui pengkajian dan mendapat rekomendasi dari pihak yang berwenang).

c. Taman Penitipan Anak adalah layanan pendidikan yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat bagi anak usia lahir - 6 tahun yang orang tuanya bekerja. Peserta didik pada TPA adalah anak usia lahir - 6 tahun.

d. Satuan PAUD Sejenis (SPS) adalah layanan minimal merupakan layanan minimal yang hanya dilakukan 1-2 kali/minggu atau merupakan layanan PAUD yang diintegrasikan dengan program layanan lain. Peserta didik pada SPS adalah anak 2-4 tahun.